Tersentak mamah pada saat chatting dengan seorang sahabat yang mengatakan,
"ya, gw baru tau dari t....i kalau anak lu indigo"
Yup, sebenarnya kami, papah dan mamah, akui kalau zaQi agak sedikit 'berbeda' dengan anak-anak lainnya yang seumuran dengannya.
Kami sendiri sudah menjalankan interview dengan beberapa dokter dan psikolog anak yang menangani anak-anak seperti autis, ADHD, ADD, gifted, etc. Sampai-sampai, kami sendiri kebingungan apa sih yang terjadi pada zaQi.
Karena selama ini yang kami ketahui adalah, zaQi mengalami keterlambatan dalam bicara, dan kesulitan dalam mengantri, terlalu banyak energi sehingga kami harus mengajaknya minimal satu jam pagi dan satu jam sore untuk berjalan-jalan menghabiskan energinya :P
Autis? Nope.. zaQi bukan autis. Dia tidak punya kecenderungan terpaku pada satu hal saja atau apapun itu yang ciri-ciri autis dan turunannya. Tetapi karena kami sendiri tidak tahu dan tidak mengerti 'istilah' apa yang harus kami deskripsikan ke orang-orang ketika melihat zaQi.. jadilah kami sering menyebutnya 'Special needs'.
Selama ini kami menyebutnya special needs, karena zaQi harus menjalankan terapi sensor integrasi (SI) dan terapi wicara. Tapi secara mental, saya akui kalau zaQi bisa jadi sangat dewasa. Jadi ketika saya browsing untuk mendapatkan artikel tentang Indigo saya yakin, inilah kata yang tepat untuk menggambarkan zaQi. Kenapa?
Pertama, sejak lahir zaQi adalah seorang bayi yang sangat penuh tuntutan. Dia bisa menuntut banyak untuk diperhatikan, diajak bercanda dan bermain. Tetapi dia juga seorang bayi yang penuh pengertian. Ketika mengerti kerepotan saya yang harus memerah ASI dikantor, dirumah dan masih harus bekerja, tiba-tiba diusia yang hampir enam bulan mendadak dia sama sekali tidak mau menyusui lagi.
Saya bingung? jelas. Sedih juga karena waktu itu ASI saya masih keluar. Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, dia mengerti dengan keadaan saya pada waktu itu.
Kedua, ketika kami memasukkan zaQi ke lembaga pendidikan anak, zaQi sangat menolak permainan yang melibatkan antrian. Dia lebih memilih untuk bermain di arena lain. Atau ketika anak-anak lain antri untuk mengambil sticker, yang dilakukan zaQi adalah berlari dan bermain. Jadi zaQi selalu dapat urutan terakhir untuk ambil sticker :D hehehe
Ketiga, energinya berlebihan. Seperti yang sudah saya ceritakan diatas. Butuh 2 jam sehari untuk mengajaknya jalan-jalan ke taman atau keliling komplek. Dan itupun masih kurang. zaQi masih sanggup bermain dua jam lagi setelah kami pulang bekerja. Kekeke..
lanjutannya nanti yaaa.... saya sudah dijemput suami ;)
No comments:
Post a Comment